Juga karena umat muslim terlalu
sibuk dengan kehidupan sehari-hari. Terkadang
mereka harus bekerja seminggu penuh, kemudian
bermain di waktu luang dengan hobi mereka, menghabiskan waktu dengan
anak-anak, keluarga, dan kerabat, jadi mereka tidak punya waktu
untuk berdo’a.
Contohnya saat shalat, kita bisa lihat mereka terburu-buru mengerjakannya,
dan karenanya mereka juga terburu-buru ketika berdo’a kepada Allah. Kita lihat
umat muslim di zaman ini begitu cepat sujudnya kemudian mereka langsung
berdiri. Padahal ketika sujud adalah waktu terbaik untuk berdo’a kepada Allah,
karena kau sedang berada di tempat terendah, dengan kepala dan hidungmu
menyentuh sajadah, dan saat itu kau mengucapkan Subhana rabbiyal a’la yang berarti “Maha Suci Engkau, Allah Yang Maha Tinggi.” Ketika kau bersujud,
maka Tuhan mendengarkan permohonanmu.
Jadi inilah alasan mengapa orang-orang
tidak lagi peduli dengan do'a. Tapi terlepas dari itu semua, do’a adalah sebuah
obat untuk menyembuhkan segala penyakit dan duka. Do’a adalah senjata bagi
orang-orang beriman. Rasulullah S.A.W. bersabda “Do’a merupakan pondasi agama Islam dan
merupakan cahaya langit dan bumi.”
Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Tidakkah kamu
memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan ni'mat
Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua
orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. Dan apabila mereka dilamun ombak
yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka
tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami
selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar." (Q.S. Luqman:31-32)
Jadi ayat ini dapat diaplikasikan
kepada kita semua, karena kita seharusnya sabar dan bersyukur.
Kapal yang berlayar di laut diumpamakan seperti kita yang mengembara di muka
bumi dalam kesibukan hidup kita masing-masing, ketika keadaan baik-baik saja
dan kita merasa bahagia. Tapi kemudian ketika
kita menemui kesulitan dam cobaan, kemudian kita berdo’a pada Allah dan
meminta-Nya agar menyelamatkan kita dari hal-hal itu.
Jadi ayat ini merupakan sebuah pesan bagi kita agar
bersyukur dan berdo’a kepada-Nya dengan tulus sepanjang waktu, tidak hanya
ketika kita sedang butuh.
Beberapa orang ada yang berdo’a
kepada Allah hanya ketika sedang butuh.
Tapi kemudian mereka kehilangan harapan dan berkata “Aku berdo’a kepada Allah tapi jawabannya
ditunda” atau “Allah tidak menjawab
do’aku.” Ini bukan contoh orang-orang yang bersabar dan bersyukur. Ini
contoh orang-orang yang berpikir bahwa dia lebih mengetahui daripada Allah.
Mungkin orang itu tidak sadar tentang konsekuensi yang mungkin terjadi
jika Allah mengabulkan do’anya saat itu. Allah lebih mengetahui.
Terkadang sebuah do’a ditunda karena
belum saatnya kau mendapatkan apa yang kau inginkan. Allah Azza wa Jalla selalu
menjagamu, Dia menginginkan yang terbaik untukmu, Dia tidak ingin hal buruk
menimpamu. Tapi kita adalah orang-orang yang tidak sabar. Kita seperti
anak yang sedang demam tapi malah meminta es krim.
Pelajaran pertama yang harus kita
ambil adalah, ketika kita berdo’a pada Allah, teruslah berdo’a
dan jangan pernah berhenti, jangan pernah mengatakan “Do’aku belum dijawab” atau “Do’aku
ditunda”, tetapi katakanlah “Do’aku
akan dijawab pada saat yang paling baik untukku.”
Ketika kita berdo’a, kita harus
membuat diri kita menjadi seorang hamba Allah yang sejati. Betapapun rendah hatinya sikap seorang budak di dunia
ini kepada tuannya, kita harus jauh lebih rendah hati di hadapan
Allah dibandingkan budak tadi. Jadi pertama, buatlah diri kita
sebagai hamba Allah kemudian angkat tanganmu dan berdo’a kepada Allah.
Hal lain yang tidak boleh kita katakan adalah "do’a kita tidak dijawab karena dosa-dosa yang terus-menerus kita lakukan." Ketika kita tidak taat pada Allah, kita melakukan riba, makan makanan yang haram, penghasilan yang haram, dan sebagainya, maka do’a kita tidak akan dikabulkan. Tapi jika kau sungguh-sungguh bertaubat atas dosa-dosamu, kemudian kau berdo’a namun do’amu tidak langsung dijawab seperti yang kita inginkan, maka kita tidak seharusnya berkata bahwa do’anya tidak dijawab karena dosa-dosa kita.
Hal lain yang tidak boleh kita katakan adalah "do’a kita tidak dijawab karena dosa-dosa yang terus-menerus kita lakukan." Ketika kita tidak taat pada Allah, kita melakukan riba, makan makanan yang haram, penghasilan yang haram, dan sebagainya, maka do’a kita tidak akan dikabulkan. Tapi jika kau sungguh-sungguh bertaubat atas dosa-dosamu, kemudian kau berdo’a namun do’amu tidak langsung dijawab seperti yang kita inginkan, maka kita tidak seharusnya berkata bahwa do’anya tidak dijawab karena dosa-dosa kita.
Dan ini harus kita
pahami karena banyak kesalahpahaman di antara orang-orang tentang do’a. Mereka
menggunakan pernyataan para salaf, "bagaimana
mungkin do’a orang itu akan dijawab ketika penghasilan mereka haram, pakaian
mereka haram, makanan mereka haram, dan sebagainya?" Tapi mereka
salah
mengaplikasikan. Mereka mengaplikasikan pada semua orang berdosa yang
tidak menaati Allah. Tapi kita tahu berdasarkan hadist sahih dan
pemahaman
para ulama, jika kau melakukan istighfar dan bertaubat dengan
sungguh-sungguh, kemudian kau menutupi kesalahanmu dengan amal baik,
setelahnya kau berdo’a, maka do’amu akan dikabulkan. Allah tidak pernah
mendzalimi, Dia-lah hakim Yang Sempurna dan dia Maha Adil.
Dan semakin kita menumbuhkan ketakwaan dalam kehidupan kita, maka kita
semakin
mempunyai kemampuan untuk berdo’a.
Aisyah R.A. berkata bahwa Rasulullah
S.A.W. bersabda “Do’a bermanfaat bagi
hal-hal yang telah terjadi dan dia bermanfaat bagi hal-hal yang belum terjadi,
karena sesungguhnya ketika cobaan datang dan sebuah do’a bertemu dengannya,
maka keduanya akan terus-menerus berusaha saling mengalahkan satu sama lain hingga
hari kiamat."
Ketika kau berdo’a kepada Allah,
maka mohonlah jangan sampai kelakuan buruk di
masa lalu mencegahmu untuk melakukan hal baik di masa depan atau
membahayakanmu di masa depan. Itulah bagaimana do’a bermanfaat bagi masa lalu.
Dan dia juga bermanfaat bagi hal-hal
di masa depan yang belum terjadi. Allah Azza wa Jalla mungkin sudah menentukan musibah yang akan menimpamu di
masa depan. Tapi karena do’amu “Ya Allah jagalah penglihatanku dari segala penjuru dan selamatkan aku
dari musibah yang telah ditakdirkan untukku.” Maka do’a itu akan naik dan
bertarung dengan musibah
itu hingga hari kiamat. Jadi Allah menyelamatkanmu dari musibah itu.
Dalam surat Al-Baqarah, Allah Azza
wa Jalla berfirman:
Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran. (Q.S. Al-Baqarah:186)
Jadi kita harus patuh dan beriman
kepada Allah agar do’a kita dikabulkan. Jika kita memenuhi kedua persyaratan
ini, maka Insya Allah kau akan ditunjuki jalan yang benar dan do’a kita akan
dikabulkan.
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
Dan
Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (Q.S.
Al Mu'min:60)
Tapi berapa banyak dari kita yang
mau meluangkan waktu dan berdo’a kepada
Allah? Kita terlalu bergantung dengan teknologi dan para ahli.
Ketika kita mendapat masalah, maka kita meminta kepada teman kita. Kita telah
lupa pada Allah yang mempunyai kunci untuk menyelesaikan semua permasalahan
kita. Dia lebih dekat kepada kita daripada urat nadi kita sendiri.
Nabi Muhammad S.A.W. bersabda “Tidak ada yang lebih mulia dalam pandangan
Allah selain do’a.” Allah Azza wa Jalla mencintai hamba-Nya yang meminta
kepada-Nya. Kenapa? Karena Dia berfirman “Lihatlah
hamba-Ku. Dia tahu bahwa tidak ada siapapun yang dapat menolongnya, kecuali Aku.”
Malah jika kita tidak memohon kepada-Nya, Dia menjadi marah dan
mengancam kita dengan api neraka. “Mereka
yang merasa tidak perlu beribadah pada-Ku, maka akan dimasukkan ke dalam neraka.” Seperti yang disabdakan Nabi S.A.W.
bahwa do’a adalah ibadah.
Jadi yang harus kita lakukan adalah
belajar bagaimana cara berdo’a dan kapan waktunya. Rasulullah
S.A.W. bersabda “Allah itu Maha Pemurah,
ketika hamba-hamba-Nya berdo'a kepada-Nya, maka Allah malu untuk mengembalikan
doanya dalam kehampaan (tidak dijawab).” Subhanallah.
Inilah
mengapa Rasulullah S.A.W. bersabda dalam hadis qudsi lainnya “Aku seperti apa yang hamba-Ku persangkakan.” Jadi kalian harus berbaik sangka kepada Allah bahwa Dia akan
mengabulkan do’amu, Dia malu untuk mengembalikan do’amu dalam kehampaan, dan Dia menyukai
ketika kau berdoa kepada-Nya. Tapi jika kau berprasangka buruk pada Tuhanmu “Aku terlalu banyak dosa, Dia tidak akan
menjawab do’aku.”
Maka Allah tidak akan mengabulkan do’amu.
Nabi S.A.W. bersabda
“Jika semua orang di dunia mengangkat tangan
mereka dan memohon kepada Allah untuk ampunan-Nya, maka Dia akan mengampuni semua orang
di dunia. Ini tidak akan menghilangkan
kasih sayang-Nya dalam memberi, layaknya sebuah jarum tidak akan mengangkat air
laut jika dia dicelupkan ke dalam lautan.”
Berapa banyak air laut yang akan
menetes jika sebuah jarum dicelupkan di air laut? Tidak ada yang menetes. Itulah betapa pemurahnya Allah dan Dia selalu siap untuk memberi. Dia-lah Raja dari segala raja yang menguasai segalanya.
Dia mengajarkan kita untuk
mengucapkan sebanyak 17 kali dalam shalat fardhu, yaitu “Iyya kana’ buduwaiya kanastain” yang berarti
“Hanya Engkau yang kami sembah dan hanya kepada Engkau kami
memohon pertolongan.”
Karena kita sebagai muslim tidak butuh siapapun lagi. Dan Nabi S.A.W. juga bersabda
dalam hadist lainnya dimana
Allah S.W.T. berfirman “Biarkan
hamba-hamba-Ku tahu bahwa Aku punya kekuasaan untuk mengabulkan permohonan
hamba-hamba-Ku.”
Tapi berapa
banyak orang-orang yang sudah bersusah payah berdo’a namun tidak
kunjung dikabulkan.
Jika kau mengalami hal ini, maka masalahnya berada dalam ibadah dan
ketakwaanmu
kepada Allah. Inilah mengapa kau tidak diberikan kemampuan untuk berdo’a. Karena aku tahu dari pengalamanku
sendiri, ketika imanmu melemah dan kau lebih memprioritaskan kepentingan duniawi daripada agamamu, maka Allah tidak akan mendengarkan do’amu.
Tapi kemudian jika kau memperbaharui
iman dan ketakwaanmu, kemudian kau bertaubat karena telah lalai, kau berjihad melawan
nafsumu, dan kau meningkatkan ibadahmu, maka Insya
Allah kemampuan kita untuk berdo’a akan dikembalikan.
Jadi kapan terakhir kali kita meminta
kepada Allah “Ya Allah, jadikanlah hatiku senang ketika
beribadah kepada-Mu melebihi apapun di dunia ini.” Jika kita berdo’a seperti itu dengan tulus, maka Allah Azza
wa Jalla akan menjawab do’a itu sehingga akan membuka jalan
bagi do’a kita.
Kau tahu kisah tentang Nabi Yunus
A.S. di dalam perut ikan paus? Dia menaiki sebuah kapal laut dan berlayar
menjauh meninggalkan kaumnya. Dia meninggalkan kewajibannya untuk
berdakwah karena kesukaran yang dihadapinya. Kemudian orang-orang di kapal itu membuangnya ke laut dan
dia ditelan ikan paus. Dalam kegelapan, dia mengingat Allah dan
mengucapkan “Subhanaka inni kuntum minad
dzalimin, Maha Suci Allah
dan aku adalah orang yang dzalim.” Dia sadar telah melakukan
kesalahan, dan dia meminta Allah untuk mengampuninya.
Dan kalau bukan karena
do’a itu, maka dia tidak akan dikeluarkan dari perut ikan paus. Jadi karena dia
berdo’a dengan begitu tulus dan sungguh-sungguh, maka dia diselamatkan Allah
dari dalam perut ikan paus.
Makin tulus suatu do’a, maka makin kuat do’a itu.
Jadi bagaimana caranya agar do’a
kita tulus? Do’a itu
harus datang dari hati. Do’a itu harus dilandasi dengan
jiwa, pikiran, dan hati secara bersamaan. Nabi Muhammad S.A.W. bersabda “Sesungguhnya Allah tidak mendengarkan hati yang tidak punya keinginan.”
Dia tidak akan mendengarkan do’a dimana hati tidak hadir. Dia hanya
mendengarkan do’a ketika hati ada disana, jiwa ada disana, serta pikiran ada disana, yaitu do’a yang kadang disertai air mata atau emosi. Ketika kita berdo’a, sebenarnya kita sedang beribadah kepada Allah. Seperti yang disabdakan Rasulullah
S.A.W. bahwasanya do’a adalah ibadah.
Ada sebuah kisah tentang
orang-orang yang terjebak dalam gua, dimana tiga orang sedang berkelana dan
mereka memasuki sebuah gua untuk beristirahat. Tiba-tiba, mulut gua itu tertutup oleh sebuah
batu besar. Jadi mereka terjebak di dalam gua ini.
Kemudian, salah satu dari tiga orang itu
berkata “Pikirkanlah amal baik yang
pernah kau lakukan dan mohonlah kepada Allah melalui amal baik itu agar Dia memindahkan batunya sehingga
kita dapat keluar.”
Jadi orang pertama mengangkat tangan
dan berdo’a “Ya Allah, aku berbisnis dimana aku mempekerjakan banyak orang dan aku menggaji mereka
secara berkala. Salah satu karyawanku mengundurkan diri tanpa menerima gajinya.
Aku menggunakan uang itu untuk membeli lebih banyak hewan-hewan ternak.
Kemudian bisnisku semakin tumbuh. Setelah beberapa lama, dia kembali dan
meminta uang gajinya. Jadi aku memberikan seluruh
hasil dari uangnya.
Dan orang ini mengambil semuanya sehingga aku tidak menyisakan apa-apa untukku.
Ya Allah, jika aku melakukan ini untuk-Mu, maka aku memohon kepada-Mu untuk
membuka mulut gua ini, pindahkanlah batunya sehingga kami dapat keluar.” Setelah beberapa saat, batu itu
bergeser sedikit tapi tidak cukup untuk mereka keluar.
Jadi orang kedua mengangkat
tangannya dan berkata “Ya Allah, aku
mempunyai seorang sepupu perempuan yang sangat kucintai. Suatu hari sepupu
perempuanku itu datang untuk karena sedang butuh uang. Jadi aku berkata
"aku akan memberikan uangnya jika kau mau tidur bersamaku."
Dia tidak langsung mengiyakannya, tapi pada akhirnya dia mau karena
sedang sangat membutuhkan uang.
Tapi ketika aku duduk di antara kedua pahanya, kemudian aku ingat Allah dan
kemudian dia berkata “Wahai
Abdullah, takutlah pada Allah.” Dan ketika dia mengatakan ini, maka aku menjauh
darinya. Ya Allah, jika aku melakukan ini karena-Mu dan memberikan uang
tanpa menyakitinya, maka tolonglah pindahkan batu itu sedikit.” Maka Allah S.W.T. menggerakkan
batunya karena ketulusan do’a itu, tapi masih tidak cukup untuk ketiga orang
itu keluar.
Orang ketiga melihat batu itu
bergerak, jadi dia mengangkat tangannya dan berkata “Ya
Allah, aku mempunyai kedua orangtua yang sudah tua renta. Dan setiap malam ketika aku
sepulang bekerja di ladang, aku memberikan mereka segelas susu, kemudian
barulah aku memberikan susu untuk anakku. Tapi suatu waktu, aku pulang ke rumah
begitu larut malam dan anak-anakku sedang menangis karena mereka belum meminum
susu mereka, dan aku enggan memberikan kepada mereka lebih dulu sebelum aku
memberikannya kepada orangtuaku. Jadi aku pergi ke kamar orangtuaku dan aku
lihat mereka sudah tidur. Jadi aku berdiri di sisi orangtuaku dan tidak tidur
sepanjang malam dengan susu itu, menunggu mereka agar bangun dan anak-anakku
tertidur dalam keadaan
lapar dan haus. Dan ketika orangtuaku bangun,
aku memberikan mereka susunya. Ya Allah, jika aku melakukan ini karena-Mu, maka
tolong pindahkan batu ini.” Kemudian batunya bergerak dan cukup untuk mereka bertiga keluar.
Banyak pelajaran yang dapat kita
ambil dari hadist ini, salah satunya adalah bagaimana Nabi S.A.W. mengajarkan sehingga do’a kita dikabulkan. Do’a menjadi kuat jika diiringi ketulusan. Lalu amal baik kita dapat dibuat sebagai
perantara kepada Allah. Saudara-saudaraku, inilah sesuatu yang telah
ditinggalkan banyak umat muslim. Mereka tidak meminta kepada Allah lewat
perantaraan
amal baik mereka. Dan aku pernah mengalaminya sendiri.
Suatu hari, anak perempuanku masuk
rumah sakit karena epilepsinya dan tidak sadarkan diri. Dia mengalami
kejang-kejang yang berlangsung sekitar satu jam dan kami
kehilangan harapan. Aku menghadap ke kiblat dan berdo’a, aku menyebutkan amal baikku
dan memohon kepada Allah melalui amal baik ini. Ketika aku berbalik, kejang-kejangnya
berhenti. Jadi, berdo’a
dengan metode ini
berhasil saudara-saudaraku, kita harus percaya dan kita harus mencobanya.
Orang-orang berpikir bahwa sekali kita melakukan tawassul kepada Allah, maka amal baik itu jadi hilang. Mereka telah memakai amal baik itu
dan mereka tidak bisa menggunakannya lagi, atau mereka tidak akan melihat amal
baiknya di akhirat, karena amal baik itu sudah dipakai. Ini adalah kesalahpahaman. Kau
dapat menggunakan amal baik yang sama berulang kali dalam melakukan tawassul kepada Allah, dan Allah masih
tetap memperhitungkan amal baik itu di hari kiamat.
Cara lain agar Allah S.W.T. menjawab
do’a dengan cepat adalah dengan menyebut nama dan sifat-sifat-Nya. Kau bisa menyebutkan nama-nama Allah di dalam Asmaul
Husna seperti Al-Malik,
Al-Qudus, ya Rahman, ya Rahim, ya Ghaffur, ya Wadud, dan lain-lain.
Kau bisa menyebut sifat-sifat Allah yang sesuai
dengan kebutuhanmu dan
kemudian kau memohon kepada Allah S.W.T. tentang keperluanmu.
Salah satu
bentuk
tawassul lainnya adalah dengan meminta orang-orang
saleh agar mendo’akanmu. Tetapi kau sendiri juga harus berdo’a tentang keperluanmu itu. Lalu yang kedua, kau tidak boleh minta do’a
kepada mereka
karena kau merasa bahwa do’amu tidak akan diterima. Selama kedua poin di
atas diperhatikan,
maka kau dapat meminta kepada
orang lain untuk mendo’akanmu.
Sesi Tanya Jawab
Banyak
orang berdo’a secara berjamaah, tapi ada yang mengatakan bahwa ini adalah
perbuatan bid’ah, tolong
jelaskan.
Kau lihat orang-orang berdo’a secara
berjamaah dalam berbagai tempat seperti mesjid atau pengajian, kuburan,
pada saat hari perayaan Islam, dan lain-lain. Jadi, salah satu orang mengangkat tangannya
untuk berdo’a, kemudian orang-orang yang lain tinggal mengatakan “Aamiin, aamiin, aamiin.”
Dan do’a berjamaah ini sebenarnya
adalah bid’ah idafiyah. Bid’ah haqiqiyah adalah kesesatan
yang dibuat-buat tanpa ada dasarnya dalam hukum syariah sama sekali. Tapi bid’ah
idafiyah mempunyai dasar dalam hukum syariah tapi orang-orang
salah mengartikan. Do’a berjamaah adalah
bid’ah idafiyah karena ada hadist Rasulullah S.A.W. dimana dia bersabda “Di
akhir setiap shalat, do’a akan diijabah.” Jadi kebanyakan
orang salah
mengerti tentang hadist ini sehingga mereka menganggap bisa berdo’a setiap selesai shalat dan mereka juga melakukannya
secara berjamaah.
Tapi do’a yang dilakukan Rasulullah
S.A.W. di
akhir setiap shalat, seperti yang dikatakan sebagian ulama, adalah do’a sebelum salam. Juga ada
ulama lain yang mengatakan bahwa Nabi berdo’a setelah
salam. Do'a
itu adalah "Allahumma ini a’udzubika
min adzabil qabri wa min ‘adzabin nari wa min fitnatil mahya wal mamati wa min
fitnatil masihid dajjal."
Tapi tidak ada yang
berpendapat bahwa
sang imam berdo’a untuk para jamaah dan para jamaah
hanya
mengucapkan “Aamiin.” Ini tidak
pernah dilakukan di zaman Nabi S.A.W.
Bid’ah ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan, sehingga orang-orang tidak belajar do’anya, jadi hanya sang imam-lah yang hafal do’a itu. Jadinya sang imam yang
memimpin mereka dan mereka tinggal mengucapkan “Aamiin, aamiin,
aamiin.” Praktek ini telah dilakukan selama bertahun-tahun dan
sekarang seakan-akan menjadi
bagian dari agama Islam, sampai-sampai jika kau pergi ke masjid dan
tidak berdo’a berjamaah seperti ini, maka mereka pikir do’amu tidak akan
dikabulkan, kau dikatakan belum memenuhi shalat secara komplit.
Jadi solusinya
adalah kita
harus menghafalkan do’a itu
dalam bahasa Arab dan berdo’a sendiri-sendiri. Wallahu’alam.
Sebagian orang, mengakhiri do'a dengan mengecup ibu jari
dan mengusap mata mereka. Katanya mereka
mendengar Rasulullah S.A.W. melakukan hal ini, jadi benarkah demikian dan bolehkah
ini dilakukan?
Ini tidak boleh dilakukan. Ini berasal dari hadist palsu. Jadi ini adalah tindakan yang
tidak ada dasarnya dalam Islam dan harus dihindari.
Apakah
kita boleh berdo’a ketika menjadi imam dalam shalat? Dan do'a apa yang boleh
diucapkan oleh imam dalam shalat? Apakah
do’a itu hanya bisa dilakukan pada saat rukuk atau pada saat sujud saja,
sehingga setelahnya kita tidak boleh berdo’a lagi? Misalnya setelah berdo’a
dalam sujud, maka kita tidak boleh berdo’a lagi pada saat tasyahud akhir sebelum salam?
Jika kau mengimami orang-orang dalam
shalat berjamaah, kemudian kau berdo'a dalam rukuk atau sujud, kau dapat meminta apapun kepada Allah.
Dan jika kau mengikuti imam, ketika kau rukuk atau bersujud, kau juga dapat
berdo’a apapun setelah mengucapkan kalimat Subhana rabbiyal adzim dalam rukuk, atau Subhana
rabbiyal a’la
dalam sujud, masing-masingnya diucapkan 3 kali.
Lalu ketika kau sedang dalam tasyahud akhir sebelum
salam, kau juga dapat berdo’a apapun yang kau mau, dan
sang imam juga dapat berdo’a apapun yang dia mau, tidak ada batasannya.
Do’a apa yang paling baik sehabis
shalat?
Do’a yang paling baik adalah do’a yang pernah
dilakukan Rasulullah S.A.W.
Kapan saja waktu terbaik untuk berdo'a?
Ada waktu dimana do’amu kemungkinan besar
akan dijawab daripada ketika kau berdo’a di waktu-waktu lainnya. Jadi kita harus tahu
waktu-waktunya, bahkan aku sendiri sudah menghafalkannya. Diantara
waktu-waktu itu adalah:
Do’a yang Dilakukan di Antara Adzan dan Iqamah
Rasulullah S.A.W. bersabda “Do’a yang dilakukan di antara adzan dan
iqamah akan diijabah.” Jadi berdo’alah pada waktu
itu.
Pada Hari Jumat Sebelum Maghrib
Ada banyak pendapat kapan tepatnya,
tapi menurutku yang paling baik dari pendapat-pendapat yang ada, adalah satu
jam sebelum Maghrib.. Itulah waktu dimana Allah akan
mengabulkan
sebuah do’a.
Pada Saat Sepertiga Malam yang Terakhir
Rasulullah S.A.W. bersabda bahwa Allah S.W.T. turun ke langit yang
paling rendah dan berfirman “Apakah ada
dari hamba-hamba-Ku yang meminta kepada-Ku, sehingga Aku dapat mengabulkannya?” Jadi jika kau bangun dan shalat
Qiyamul Lail (shalat malam), jangan lupa untuk berdo’a. Berdo’alah dalam rukukmu dan dalam sujudmu. Dan setelah selesai
shalat,
angkat tanganmu dan berdo’a lagi. Meskipun shalat juga merupakan do’a, tapi kau juga bisa berdo’a
untuk hal-hal lainnya.
Ketika Hujan Turun
Rasulullah S.A.W. bersabda bahwa
ketika hujan turun, itulah waktu dimana do’amu akan dikabulkan. Jadi ketika
hujan terus-menerus, segeralah berdo’a sesuai kebutuhanmu sebelum hujan itu
berhenti.
Ketika Sedang Bepergian
Berdo’a ketika sedang bepergian akan
diijabah oleh Allah. Jadi jangan pernah lupa untuk berdo’a ketika sedang
bepergian jauh karena
Allah akan menjawabnya.
Seorang Wanita pada saat Melahirkan Anaknya
Seorang wanita yang sedang
melahirkan anaknya dan berdo’a, maka do’anya akan dikabulkan.
Do’a Orangtua Kepada Anaknya
Do’a seorang ibu atau seorang ayah kepada anaknya Insya Allah
dikabulkan.
Berdo’a Ketika Sujud
Rasulullah S.A.W. bersabda “Kalian paling dekat dengan Allah ketika
bersujud. Perbanyaklah
berdo’a ketika sujud.”
Hadist yang kusebutkan sebelumnya bahwa di akhir setiap shalat, do’a akan
dikabulkan. Sebagian ulama berkata bahwa ini sebelum salam dan sebagian lainnya
mengatakan setelah salam. Tapi bukan
berarti di setiap akhir shalat fardhu, kau
mengangkat tanganmu, karena itu bukanlah bagian dari sunnah. Karena Rasulullah
S.A.W. tidak melakukan hal itu setelah setiap shalat fardhu.
Berdo’a Ketika Sedang Berpuasa
Jadi jika kau punya keperluan,
berpuasalah pada hari Senin dan Kamis.
Di 10 Malam
Terakhir Bulan
Ramadhan dan Malam
Lailatul Qadar
Seorang Muallaf yang
Baru Saja Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat
Seseorang yang baru saja masuk Islam, maka dosa-dosa di
masa lalunya dihapuskan oleh Allah. Maka untuk kalian yang muallaf, berdo’alah
dan Insya Allah akan dikabulkan.
Apa
saja etika ketika berdo'a?
Etika berdo’a adalah lebih baik dalam
keaadaan berwudhu. Ini
bukan syarat untuk berdo’a, tapi lebih baik untuk berwudhu. Ketika
Rasulullah S.A.W. wudhunya batal, maka dia berwudhu kembali. Rasulullah
S.A.W. selalu memperbaharui wudhunya.
Kenapa begitu?
Karena setan tidak terlalu bisa menggodamu ketika kau dalam keadaan berwudhu dan malaikat mendampingimu, maka berdo’alah ketika dalam keadaan berwudhu.
Etika lainnya adalah kita harus
merendahkan diri kita di hadapan Allah. Ini dikarenakan kita sedang berbicara dengan Sang Pencipta.
Yang ketiga, pertama-tama kau
memulai do’a
dengan memuji Allah, bisa juga dengan Asmaul Husna. Dan setelah kau memuji-Nya,
kemudian bershalawatlah. Dan setelah itu, kau dapat berdo’a untuk keperluanmu. Dan setelah kau
selesai berdo'a, kau kembali memuji Allah lagi. Dan setelah itu, kau menutupnya
dengan mengucapkan
shalawat kepada Rasulullah S.A.W. lagi.
Apakah
kita diperbolehkan untuk mengusap wajah dengan tangan setelah berdo’a?
Tidak ada bukti sama sekali bahwa
Nabi Muhammad S.A.W. pernah melakukan ini atau para sahabatnya melakukan ini.
Ini adalah kebiasaan
yang datang dari sekitar kawasan India yaitu Pakistan, India, Bangladesh, ini
berasal dari sana. Dan jika kau lihat pada negara-negara Arab, jarang yang
melakukan hal ini,
jadi kebiasaan ini tidak berasal dari sana.
Jadi ini adalah sebuah kebiasaan
seperti misalnya ketika kau bersalaman kemudian kau menempatkan tanganmu di dada. Jadi ini tidak ada
dasarnya dalam
Islam.
Dalam hadist, Rasulullah S.A.W.
bersabda bahwa do’a merupakan ibadah. Jadi kau tidak diperbolehkan menambah atau
mengurang-ngurangkan
sesuatu dalam Ibadah. Ibadah
itu sudah ditetapkan mutlak, sudah dijelaskan kepada kita di dalam hadist. Jadi
kita tidak boleh mengusap wajah dengan tangan sehabis
berdo’a.
Bolehkah
kita meminta kepada Allah melalui perantaraan Nabi Muhammad. Misalnya “Ya Allah, berikanlah kepadaku rezeki yang banyak
melalui hak Nabi Muhammad.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar